Tuesday 22 May 2012

Tisu Putih dan Noda Kopi

Tentang bagaimana kita memandang seseorang, menilai seseorang. 
Diawali dari tema kencan yang biasa saja awalnya. Aku dan pacarku berjalan-jalan, makan di suatu restoran pasta dan berujung pada sebuah kafe mungil di pusat ibukota. 
Memang, dia (pacarku) berjanji akan membagi sesuatu denganku. Sebuah pemahaman sederhana, yang setiap orang pasti mampu mengerti, tanpa diikuti dengan pemahaman yang pasti, dan minim implikasi di kehidupan sehari-hari. 
"O iya beb (panggilan sayangnya padaku), kayaknya ada sesuatu yang belum aku ceritain ke kamu", sergahnya mendadak.
"Apa itu?", tanyaku tak sabar.
Lantas dia mengambil selembar tisu. 
"Kamu liat, tisu ini warna apa?", tanya nya padaku
"Putih?", jawabku ragu, takut kalau-kalau aku sudah buta warna.
Diikuti anggukan dan bonus senyuman misterius khas nya.
Lama dia mencari sesuatu. Aku membantunya celingukan, tanpa tau apa yang dicarinya. Ternyata dia membutuhkan spidol. Karena aku, dia pun tidak ada yang membawa pena, akhirnya tak habis akal dia mengambil sedotan dari minumanku, mencelupkannya ke dalam cangkir kopi miliknya, lantas meneteskannya ke selembar tisu yang tadi diambilnya.
Setetes kecil, sampai-sampai aku sedikit susah melihatnya, saking tipisnya.
"Sekarang, apa yang kamu lihat?", tanya nya sambil memperlihatkan tisu putih tadi, yang sekarang ada setetes noda kopi.
"Emmmm, ada kopinya", jawabku percaya diri sambil nyengir. 
"Ini yang aku maksud. Anggap tisu putih ini kebaikan seseorang, dan setetes kopi ini kesalahan atau perbuatan buruk yang sudah dilakukannya. Kebanyakan orang, terlalu fokus pada setetes kecil kopi yang ada di hamparan tisu putih ini. Padahal kalo dilihat sekilas, warna putih yang ada masih sangat dominan, dibanding warna hitam kopi. Tapi, inilah kenyataanya, manusia kebanyakan selalu berfokus pada kesalahan manusia lainnya. Kesan awal yang sempurna, akan lebur seketika, saat kesalahan kecil sengaja atau tidak sengaja dilakukan", jelasnya panjang lebar.
"Lalu, kalo suatu saat tisu itu sudah didominasi noda, apakah kita tetap harus mencari warna putih yang masih tersisa?", tanyaku polos.
"Ya...", jawabnya dengan bonus senyum misteriusnya (lagi).
Aku pun tersenyum bangga. Bangga punya pacar, eh calon suami (amin) yang bisa memberiku pelajaran semacam ini. 
Satu lagi pelajaran yang bisa kami bagi bersama.
Entah darimana sumber yang dia dapat, aku lupa menanyakannya.
Tapi, ini sudah pelajaran yang kesekian yang dia bagi denganku.
Bahagia, menikmati sesi belajar bersama yang dia buat di setiap acara kencan.
:)


Dont judge people by their mistakes, but kindness that they've made.


Semoga pelajaran yang kami bagi kali ini, bermanfaat buat kita semua yaa..
Amin...




Warm Regards,
RestiPucii

No comments:

Post a Comment