Thursday 24 May 2012

Seberapa berat bebanmu?

Karena Tuhan tidak akan memberikan cobaan lebih dari kemampuan manusia.
Terjawab sudah, misteri keTuhanan yang satu itu. Lebih dari ribuan kali aku meragukan kemampuan dan kekuatan diri sendiri. Lebih dari ratusan kali,aku dibuat jatuh untuk kemudian bangkit dan menjadi lebih kuat. Dan ratusan ribu kali, aku tidak menyadarinya.
Tuhan, dengan segala kuasaNya, membuatku tidak mampu berkata apa-apa dalam menghadapi setiap cobaan yang Dia berikan.
Seperti cobaan yang baru-baru ini aku hadapi.

Mungkin, tidak semua orang akan menganggap apa yang aku alami ini sebagai cobaan. Entah aku yang terlalu pesimis, berpikir naif, atau apalah sehingga, aku pernah merasakan nya begitu berat di awal sampai aku hampir bisa melaluinya.

Jadi, beberapa bulan terakhir, sejak awal 2012, terjadi gonjang ganjing yang tidak mengenakkan di instansi tempatku bekerja. 
Diawali dari pergantian Kepala Bagian, di bagianku. Dan setelah itu, sangat cepat perkembangan yang tidak bisa terdefinisikan. Santer kabar yang aku tahu, perubahan ini menuju ke arah yang lebih baik. Tapi, suara-suara orang-orang yang tidak mampu menerima perubahan, berkata sebaliknya. 
Kepala bagian yang berubah, sistem berubah, cara kerja berubah, tingkat kepenatan berubah, dan beberapa perubahan-perubahan lainnya yang mengikuti. Dari beberapa perubahan itu, hanya satu yang aku sedikit susah mengikuti. Tentang tupoksi (tugas pokok dan fungsi) dan tugas-tugas lainnya yang aku rasa, aku belum waktunya menjamah bagian itu. 
Tertatih aku mencoba mempelajari satu persatu dan perlahan. Minim bimbingan, dan aku dituntut untuk belajar cepat dan tepat. Berjalan terseok di awal. 
Saat itu, saat terlemahku. Aku merasa begitu banyak beban yang ada di pundakku. Aku merasa tidak sanggup. Aku hampir ingin selalu menangis setiap malam. Aku hampir menyerah dan berputus asa saat pekerjaan semakin bertumpuk. Dicicil setiap hari pun, berasa tidak berkurang. Tekanan di kantor semakin bertambah dari hari ke hari. Deadline menghantui. 
Hampir setiap hari aku mengeluh. Mengeluh pada diri sendiri, mengeluh pada pacar, mengeluh pada teman, mengeluh pada Tuhan dalam hati. Mungkin disinlah satu kesalahanku. Hampir setiap hari aku bertengkar dengan pacar, hanya gara-gara aku yang sudah terlalu lelah untuk sekedar diajak mengobrol ringan. Dan kami kehilangan waktu-waktu intim untuk mengobrol atau sekedar bercanda lewat sms atau telepon.

Dan akhirnya tangisku pun tumpah. Diantara sujudku, aku berserah, berpasrah.
Sesenggukan, aku mencoba tidak memikirkan pekerjaan sedikitpun, tidak memikirkan apapun, hanya ada pada satu titik, pikiranku terpusat. Seakan semuanya tidak berarti lagi. Dan aku mencurahkan semuanya tanpa kata. Hanya air mata dan dan deruan nafas yang berbicara. Seakan lawan bicaraku sudah memahami, tanpa perlu aku berbanyak kata. Setelah beberapa senggukan, dan tenggorokan terasa sudah sangat kering, aku berasa seperti bangun dari tidur. Berasa aku terpejam sudah sangat lama. Aku tersadar dan seperti orang linglung. Lupa, apa yang baru saja aku lakukan. Yang aku ingat, aku hanya habis menangis. 
Alat sholat aku bereskan, dan aku beranjak tidur cepat. Seakan ingin segera bertemu besok. 
Datang, dan masuk ruangan. Seperti biasa, saat aku buka laci dan rak, tumpukan kertas dan map langsung menyeruak keluar. Seakan berebutan, minta diselesaikan. 
Hari itu aku menjalaninya sangat ringan. Seakan tidak ada beban dan deadline. Seharian aku berkutat dengan pekerjaan. Seakan ada yang mengarahkan, seakan ada yang menemani, aku mengerjakan denga sangat cepat, tanpa terburu-buru, dan sangat bersemangat.
Hari-hari setelah pengalaman 'bangun tidur' ku, aku rasakan semakin ringan, semakin bersemangat menyelesaikan semua pekerjaan. Mulai menganggap semuanya tidak lagi beban yang tidak bisa aku kuasai. Mungkin, aku sudah mendapatkan alurnya. Aku berasa bisa bernafas lagi. Dan hari ini, seluruh deadline sudah terkerjakan. Dan aku, 'LEGA'.
Rasanya lebih dari bersyukur yang ingin aku lakukan. Di saat seperti ini pun aku sukar berkata-kata. Seakan lawan bicaraku berkata "Tuh kan, bisa...".

Pelajaranku kali ini adalah, 
Tuhan tahu takaran pasti untuk beban yang bisa diangkat sepasang bahu manusia, dan Tuhan tidak akan pernah salah hitung. 
Itu versiku.

Kalo versi orang-orang :
Tuhan tidak akan pernah memberi cobaan  melebihi kemampuan hambanya.
Karena hati pun bisa tersenyum, walaupun tak terlihat, tapi terasa. Dan hati ku tersenyum saat menulis ini.
:)



a huge thanks for the Invisible Hand, 
Best regards and fully thankful.

Also thanks to my boy, @dwiNGRHA for showing me a strength, to stand and believe in God more and more. Jangan bosen ngingetin aku ya, sayang.

To all my friends, thanks for listening me always. 
To my beloved family, thanks for showing me faithfulness and an endless love.

Semoga pelajaran kali ini bermanfaat untuk kita semua.

Warm Regards,
RestiPucii

No comments:

Post a Comment