Wednesday 22 August 2012

Titip Rindu untuk Sahabat

Well, kepulangan saya dalam rangka lebaran kemarin membawa sedikit oleh-oleh cerita. Cerita tentang seorang sahabat yang lucu, dan baik hati semasa kuliah. Sahabat yang tidak banyak bicara, tetapi sangat bermakna. 
Jadi, kunjungan pertama saya saat tiba di rumah setelah sungkem dengan Bapak, Ibu, adalah kamar. Kamar pribadi saya, dimana saya menghabiskan ribuan hari di dalamnya. Bercengkerama bersama diri sendiri, tumpukan kertas tugas, dan terkadang bercerita tentang masa lalu dengan om dinding yang siap mendengarkan.
Saat iseng memperhatikan isi kamar yang tidak pernah berubah semenjak kepergian saya ke Jakarta, kemudian mata saya menemukan secarik kertas yang menjuntai dibalik bingkai sebuah foto.  Foto saya bersama dua sahabat saya semasa kuliah. Saya tidak ingat benar, kapan saya memperoleh foto ini, dan kenapa foto ini bisa nangkring dengan indahnya di atas meja belajar saya. 

(dari kiri: Dida Angga Permana, Resti Dian Ramadhani, Septilia Nuri Herawati)

Ya. Cukup lama saya memperhatikan foto itu. Mengingat-ingat apa yang terjadi saat itu. 
Dan untaian kertas di baliknya pun, memberikan jawaban pasti. 

Ya. Ini sebuah hadiah ulang tahun dari sahabat saya tercinta. Dida Angga Permana. 
Begini, saya coba tulis ulang kalimatnya:

"Gawe, Damel : Pucy, My sister, Mata Luna Maya, Perut cemblung.
Met ultah yang ke 200, eh salah baru ke 20, tapi wis tuwek, tapi tambah pinter kog, tambah cantiq, TAPI BOONG.
Pesenku:
-Rajin Sholat
-Gak Cengeng
-Tambah Pintar (membohongi Ortu)
-Rajin Makan
-Selalu IKHLAS.
Tekok: : Dida, Angga, TemenMu, SahabatMu, Kethek, AbangMu."

Well, bahasanya cukup roaming kalo tidak diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia yang baik dan benar ya?

Sedikit terjemahan:
Gawe = Damel = Untuk
Tapi wis tuwek =  Tapi udah tua (sial!)
Tekok = dari

Kurang lebih begitu, bahasa manusianya. hehe

Well, yea, Dida Angga Permana, saya deklarasikan sebagai abang saya semasa kuliah. Kami mulai kenal saat mengikuti organisasi Himpunan di perkuliahan. Kesan awal saya tentang bang Dida: cablak, berisik, rese', nyebelin. Sejak awal dipertemukan, saya langsung merasa sreg, dengan manusia satu itu. Bukan apa-apa, tapi kepiawaiannya memimpin, berbicara di depan umum, kemampuannya memecah kebekuan suasana, dan keahliannya membuat suasana porak poranda, membuat saya betah dekat dengan abang satu ini. Walaupun, tidak jarang, saya diisengin, dijadiin bahan, tapi yah, nggak bakal seru, kalo sahabatan ga pake sebel. 
Dia, manusia pertama yang saya akan cari, saya akan hubungi saat masalah apapun melanda hidup saya. Tentunya semasa kuliah, sebelum dan sesudah kuliah, beda situasi. 
Dari kalimat-kalimatnya yang dikirimkan bersamaan dengan kado ultah ke 20 saya itu, tersirat, beberapa harapannya tentang diri saya yang ingin sekali dia lihat dan rasakan. 
1. Rajin Sholat. Bukan karena saya tidak pernah sholat, jadi dia menyisipkan kalimat ini di awal. Tapi, karena dengan sholat, kita akan lebih bisa mengenal Allah, mendekatkan diri denganNya. Tidak jarang juga, saya diajak untuk benar-benar "sholat" olehnya. Teringat pesan bang Dida tentang sholat: "Memang susah, aku pun juga masih dalam tahap belajar, rasakan sholatmu, kalo perlu ga usah berjamaah dulu, karena kalo belum kebiasa benar-benar sholat, kita bakal susah konsentrasi. Rasakan ruku'mu, rasakan sujudmu, rasakan berdirimu. :') 
Dia memberikan banyak pelajaran dan ilmu tentang bagaimana mengisi hati kita yang kosong. 
2. Gak Cengeng. Haha. Ini paling susah. Lagi-lagi bukan berarti saya selalu menangis di depannya. Hampir nggak pernah rasanya, saya menangis di depan bang Dida. Tapi dia selalu tahu, kalau saya terlalu sering menangis dalam hati karena salah memaknai segala cobaan dalam hidup ini. Padahal, kalo dibandingkan dengan cobaan yang dia hadapi, cobaan yang dibebankan pada saya, bukanlah apa-apa. Bagai kapas yang diadu timbang dengan mesin printer. Kenapa mesin printer? Karena saya kehabisan kata benda, dan yang ada di depan mata saya saat ini adalah mesin printer. :p . Untuk harapan yang satu ini masih susah. Jujur.
3. tambah pintar (membohongi ortu). Untuk yang satu ini, sebenarnya dia tau, bahwa saya pintar, tapi tidak ingin mengakuinya saja. ahhahaha.. (peace, mas bro). dan kenapa gituh, ditambahi membohongi ortu... bzzzz
4. Rajin makan. hahaha. Ya, saya doyan makan semasa kuliah. Itulah mengapa jadinya saya dipanggil perut cemblung, gembul, dan sebagainya.
5. Selalu IKHLAS. Kenapa Ikhlas nya pake CAPSLOCK? Ya, hampir setiap curhatan berujung dengan kata ikhlas. Bang Dida, menunjukkan pada saya, bagaimana ikhlas itu. Dan saya tahu, bagaimana ikhlas, tapi saya belum bisa mengamalkannya sehebat bang Dida. Sampai saat ini, saya masih meraba-raba, bang, bagaimana menjadi ikhlas. Doakan adikmu ini sukses mencapai tahap ikhlas sesungguhnya. :) Dan terima kasih, atas pinjaman buku Quantum Ikhlasnya. Sungguh bermanfaat.

Aaaahhh, saya sangat merindukan masa-masa itu. Masa-masa saat saya masih punya 'tempat', masih punya orang-orang yang selalu menguatkan dan membuat saya tidak pernah merasa sendiri dan kesepian. 
Sekarang saya harus membangun kekuatan saya sendiri, mendirikan "bangunan" saya sendiri. Sungguh, saya merindukan kalian semua. 
Semoga setiap langkah bang Dida dan teman-teman selalu mendapat ridho dan karunia Allah SWT. Amin.

Jaga Sahabat-sahabat tercintaku, Ya Allah..
:)


Warm Regards,
RestiPucii

No comments:

Post a Comment