Wednesday 20 June 2012

Bahagia Untukmu, Kakak





Bahagia menyelimuti saya dan keluarga saya beberapa hari ini. Bagaimana tidak? Kakak laki-laki kesayangan saya, anak laki-laki satu-satunya Bapak Ibu, akhirnya meminang seseorang yang telah dipilihnya dan berhasil mengucap janji suci yang mampu menggetarkan dunia dan seluruh isinya. 
Berawal dari prosesi akad nikah yang dilaksanakan di kota Jombang, kota asal mempelai wanita. Dengan disaksikan oleh beberapa keluarga besar, penghulu, dan beberapa teman-teman terdekat, pengucapan ijab qobul tersebut terlontar dengan sangat lancar oleh kakak laki-laki yang paling tampan itu. Dibalut busana serba putih, kedua mempelai saling memasangkan cincin, dan mempelai wanita mencium tangan mempelai laki-laki, sebagai tanda bakti istri pada suami. Sayang sekali, saat prosesi akad nikah ini, aku tidak bisa menyaksikan haru birunya, hanya sekedar cerita dan foto-foto yang dibagikan oleh saudara-saudara, Bapak, dan Ibu. Pengen ketawa rasanya, waktu saudara-saudara bercerita, adik bungsuku Ridha, menangis dengan syahdunya, saat melihat kakaknya mengucap ijab qobul. Aku pun, dari sini, ikut merasakan suasana haru dan ikut mengirimkan doa untukmu, mas...
:')
Akad nikah dilaksanakan hari Rabu siang, sedangkan resepsi pernikahannya dilaksanakan hari Minggu malam. Kenapa begitu? Bapak Ibu juga bingung menjelaskannya padaku. 
:)


Kebetulan, eh bukan kebetulan, tapi memang dipersiapkan, untuk acara resepsi pernikahan mas, sengaja aku persiapkan jauh-jauh hari tiket untuk pulang ke Malang. Seakan tidak ingin  melewatkan moment-moment terbesar keluarga ku. 
Resepsi tanggal 17 Juni itu diawali dengan prosesi 'temu' ala adat Jawa. Dipandu oleh MC yang sudah profesional dibidangnya (panggilannya Mr. B), acara demi acara pun berjalan dengan sangat lancar. Tidak ada hambatan yang berarti. Ibu dan Bapak terlihat sangat sumringah, rukun, guyub, dan terpancar kebahagiaan sekaligus haru di wajah mereka berdua. Dari pihak wanita, orang tua (Ibu) mempelai memang sedang tidak sehat. Jadi, tidak mampu berdiri di samping pelaminan untuk menemani anaknya dan menyambut tamu, terlalu lama. 
Keluarga dari pihak Ibu dan Bapak, juga terlihat sangat bahagia. 
Sungguh, kebahagiaan malam itu tidak bisa tergantikan oleh apapun. Kebahagiaan macam itulah yang tidak bisa dibeli. Kebahagiaan macam itu pula lah yang tidak semua orang bisa merasakannya. 
Berharap, saat giliranku tiba nanti, aku juga bisa membahagiakan orang tua dan seluruh keluargaku.






Warm Regards,
RestiPucii

No comments:

Post a Comment